AKANKAH TERJADI MUSIBAH SITU GINTUNG DI GUNUNG RAUNG*

*AKANKAH TERJADI MUSIBAH SITU GINTUNG DI GUNUNG RAUNG*

Negara tanpa gunung

Sudah duapuluh hari saya berada di Tokyo.Hari hari yang padat dengan programe workshop MOTIVATION FOR PRODUCTIVITY  yang diselenggarakan oleh ASIAN PRODUCTIVITY ORGANISATION. Rasanya sudah jenuh ,karena setiap hari berangkat dari hotel jam 6 pagi dan nanti pulang ke hotel jam 6 sore. Daerah hiburan dan hal yang menarik disekitar Tokyo , telah aku jelajahi Sabtu dan Minggu yang lalu. Menarik memang ,tetapi aku ini anak petani, dan kesenanganku untuk tahu suasana desa dan pegunungan  jauh lebih menarik daripada untuk mengetahui product modern. Rupanya kawanku dari Korea sependapat denganku. Dia serta merta mengajakku untuk overland  ke gunung Fujijama , paling tidak mencapai kota terdekat dengan Fujiyama.

 Ketika dia kutanya kenapa dia punya keinginan yang sama denganku, jawabannya sungguh mengejutkan; Di Korea tidak ada gunung, orang Korea menyebutnya gunung padahal sebenarnya bukit yang sangat tinggi.Haaa…..

Dan ,ketika aku diberi kesempatan oleh perusahaan untuk study banding ke Pohang Steel, akupun menyadari bahwa di Korea memang tidak ada gunung.

Betapa bahagia aku , dinegeriku aku memiliki gunung yang luar biasa banyaknya.

Three Sisters Mountain.

Begitu juga ketika aku Study Banding ke BHP Steel di Australia. Setelah selesai meninjau pabrik baja , ke kantor pusatnya, dan berdiskusi tentang computerisasi management personalia ,tibalah kesEmpatan untuk tour and traveling. Pilihanku seperti waktu ke Jepang , aku lebih senang suasana desa dan pegunungan. Ketika kuperhatikan brosur brosur tour and traveling, aku dapatkan promosi tentang Three Sisters Mountain, yang katanya sangat cantik dan penuh mistery. Wah ini dia wisata yang asyiik pikirku…

Maka kubayarkan Ausrtralian dollarku, sangat mahal .Tetapi demi ingin tahu gunung yang penuh mystery dan indah itu ,tidak apalah. Setelah menempuh perjalanan selama 3.5 jam , tiba tiba bus yang membawaku , berhenti. Dan kamipun dipersilahkan berhenti untuk melihat Three Sisters Mountain dari jauh sebelum kita menuju ke daerah wisatanya. Alaaaa mak……apanya yang indah ,di Banyuwangipun ,aku setiap saat bisa memandang gunung yg dipagi hari sangat biru,dan disiang hari penuh warna yang jauh lebih indah  Dan ketika sampai kedaerah wisatanyapun yang kulihat pohon pinus melulu,ditambah taman 2 yang indah, hasil rekayasa manusia .

GUNUNG RAUNGKU YANG INDAH  DAN PENUH MYSTERY

Raung, September 2005 ketinggian  3,332 meter. disebut juga hutan gunung atau  Hutan Ericaceous.

Dengan dua kejadian itu, akupun menyadari betapa Indahnya gunung Raungku.Maka aku putuskan pada libur tahun baru 1987 ,aku mengajak anak2ku untuk overland dari Cilegon ke Banyuwangi, untuk melihat tanah airku yg indah permai.Cuma sayang sepanjang jalan yang aku lalui adalah  kota yang kotor tak terawat, padat dan penuh kesibukan yang tak beraturan, Tetapi biarlah karena gunung raungku mudah mudahan masih terjaga keindahannya. Alhamdulillah,.ketika lepas Mayang ,alangkah indahnya, jalan menanjak sedikit demi sedikit, ditepi jalan masih mengalir sungai besar dan kecil bergantian ,dengan air yang deras gemericik, dan ditepinya tumbuh bunga liar, dan sesekali  kupu kupu hinggap dipucuknya. Suara gemericik air melewati batu batu  sungguh mengasyikan.Pemandangan alamnya berganti ganti ,kadang kebun tembakau , dan kadang sawah, dan kebun berbukit  dikejauhkan sana namapak Gunung Raungku yang perkasa, biru dan terbalut awan, makin dekat makin terasa mysterynya, karena hutan asli masih tersisa, meskipun pohon pinus telah menggantikan pohon pohon kuno.Sebelum masuk tikungan pertama ,supirku kuminta berhenti,

Berazan sebelum masuk ke gunung Raung.

Kami sekeluarga beristirahat gembira ,menikmati pohon dan bunga bunga liar. Sesekali orang dari perkebunan melambaikan tangan ,begitu juga penumpang kendaraan yang lewat,alangkah damainya negeriku.Ketika anak anakku puas, kamipun kembali ke mobil untuk meneruskan perjalanan. Sebelum mobil dihidupkan, aku minta sopirku berazan……merinding rasanya.

Aku ingin mengulangi tradisi yang dilakukan sopir Suburban dari Rogojampi yang mengantar penumpang ke Jember untuk meneruskan perjalanan  ke Surabaya dan Yogya . Ketika aku masih mahasiswa di UNIVERSITAS GAJAH MADA, pada tahun 1967 sampai dengan 1971,.belum ada kereta api .dari Banyuwangi  ke Surabaya apalagi ke Jogya.

Pada saat itu Gunung Raung masih hutan asli, jalan sempit, dan apabila berpapasan , harus mengalah salah satu .Perjalanan pagi hari atau malam hari, suasana sangat mencekam. Sudah beberapa kali  ketika melewati gunung raung dimalam hari ,bertemu dengan macan yang melintas jalan.

Rupanya mystery  cerita itu merasuk ke anak anakku ,wajah yang cerah tadi mulai berkerut,dan duduknyapun merapat. Dan mobilkupun perlahan ,menanjak dan berkelok tajam , oooh alangkah dahsyatnya gunungku.Sesekali kulihat monyet melompat dan bergayutan  diantara pepohonan , dan suara burung hutan, sesekali menimpali suara cenggeret yang tanpa putus. Dan ketika jalan mulai menurun, maka kubuka lebar lebar jendela mobilku, ,dan jalannya  kuperlahan, wooo ini bulan Desember , kopi lagi berbunga .

Tahukah saudaraku , harumnya bunga kopi  semerbak menyebar keseluruh gunung, kuhirup udara pegunungan yang bersih dan semerbak bunga kopi Belum pernah rasanya aku menikmati suasana alam seperti ini di belalahan bumi yang pernah aku kunjungi……..hari hari yang tak  akan pernah kulupakan

RAUNG SEPERTI NENEK YG RENTA.

Beberapa kali aku pulang ke Banyuwangi, keinginanku untuk pulang lewat Raung selalu tidak kesampaian.Maka setelah berhari raya dengan keluarga pada tahun 2008, sebelum pulang ke Jakarta , keinginan untuk  menikmati indahnya gunung Raung,terlaksana. Tuhanku………. gunung,Raungku , ternyata telah menjadi nenek tua  yang renta,yang meskipun masih tersisa kecantikannya, tetapi kerut dipipi, dan rambut putih yang menipis , memperlihatkan betapa beratnya dia menghadapi gempuran hidup.

Hutan asli di puncak telah habis gundul menjadi ladang ladang jagung, dan hanya bagian tepi yang masih dipertahankan untuk tipuan.

Ditepi jalan yang berkelok kelok itu, mulai nampak bekas tanah longsor,  dan ditepi tepi jalan mulai dari bayi yang digendong ibunya, anak, kakek ,nenek , meneriakkan nada yang sama…minta belas kasihan…….

Separah itukah gunungku dan separah itukah rakyatku …………

Sungguh tragis nasib gunungku, gunung yang molek ini habis aura kecantikannya , direnggut manusia yang tak pernah mensyukuri karunia TuhanNYA

 Jauh disana orang menyesali dirinya  karena tidak punya gunung, dan gununng yang tak cantikpun ditawarkan kecantikannya, dengan kata manis  …….tetapi gunung Raungku kini telah menjadi nenek yang renta.

Awas jika hal ini tidak segera disadari….gunung .Raung akan semarah Situ Gintung Bukan air bah yang menggelontor tetapi tanah  yang akan menggelontor, rumah dibawah gunung, tanah perkebunan, sumber sumber mata air , jalan jalan raya ………

Dan tangis itupun akan terdengar, ……sangat tragis memang.

SEMOGA TIDAK TERJADI Debris avalanches”

BETAPA DAHSYATNYA , Letusan G. Raung , saya kutip pendapat pak  Surono Kepala vulkanology danMitigasi Bencana  dan Indyo Pratomo, geology pada Museum Geology Bandung

Berdasarkan Data Dasar Gunung Api Indonesia (2011), Raung tercatat meletus pertama kali pada 1586. Disebutkan, letusan tahun itu sangat dahsyat dan menimbulkan korban jiwa. Namun, tidak disebutkan berapa banyak korbannya.

Pada 1638, Raung kembali meletus hebat disertai banjir besar dan aliran lahar melanda Kali Stail dan Kali Klatak. Korban jiwa mencapai ribuan orang. Saat itu, di kawasan tersebut berdiri Kerajaan Macan Putih di bawah Pangeran Tawangulun. Hingga 1989, terjadi 43 letusan di Gunung Raung.

Geolog dari Museum Geologi Bandung, Indyo Pratomo, mengatakan, Raung memiliki jejak debris avalanches, bahaya lain dari gunung api selain awan panas dan banjir lahar hujan, sebagaimana terjadi di Gunung Galunggung, Jawa Barat. Debris avalanches merupakan produk dari longsornya sebagian tubuh gunung api, terutama karena aktivitas magmatik. Sumbat yang terlalu kuat di puncak gunung menyebabkan magma menjebol sisi lemah di lereng gunung dan melontarkan hingga jauh, membentuk sekelompok bukit kecil (hillocks).

Debris avalanches tak mesti terkait erupsi. Hujan deras atau gempa regional juga dapat memicu longsoran raksasa di lereng gunung api. ”Debris avalanches di Raung karena erupsi yang eksplosif seperti terjadi di Galunggung dan letusan St Hellen, AS, pada 1980,” kata Indyo.

Debris avalanches di Raung yang mencapai 78 km dari kawah merupakan yang terbesar di Indonesia. ”Kalau longsorannya karena hujan atau erupsi freatik, biasanya tak terlalu jauh jangkauannya, seperti Gunung Papandayan,” katanya.

Indyo juga mengatakan, Gunung Raung merupakan bagian dari sistem kaldera raksasa purba. ”Raung berada di pinggir dari sistem kaldera ini,” katanya. Selain Raung, beberapa gunung api aktif lain yang juga berada di pinggir sistem kaldera ini adalah Ijen, Merapi, dan Meranti. ”Sayangnya, pengetahuan kita tentang kawasan kaldera ini masih sedikit,” katanya. ”Namun, melihat karakter gunungnya, letusannya pada masa lalu pasti hebat.”

Mengubur peradaban

Kehebatan letusan Raung pada masa lalu dicatat oleh Sri Margana, sejarawan dari Universitas Gadjah Mada. Menurut dia, letusan Raung pada abad ke-18 menyebabkan sisa peradaban Kerajaan Blambangan di Macan Putih, Kabupaten Banyuwangi, dan di Kedawung, Kabupaten Jember, ikut terkubur.

”Peninggalan kerajaan diperkirakan terkubur oleh abu vulkanik Raung dari dua kali letusan. Pada 2010 kami menemukan fondasi bangunan kerajaan, gerabah, tombak, keramik, uang receh, dan sebagainya, terpendam sedalam 1,5 meter di Desa Macan Putih. Hingga kini masih banyak yang belum digali,” kata penulis buku Ujung Timur Jawa: Perebutan Hegemoni Blambangan 1763-1813 itu.

Di antara deretan gunung yang mengelilingi Banyuwangi, yakni Ijen, Merapi, Meranti, dan Raung, Gunung Raung merupakan gunung yang paling dianggap sakral oleh masyarakat Banyuwangi pada masa lalu, dibandingkan Ijen, Merapi, dan Meranti.

Menurut Margana, para penguasa di kerajaan pra-Kerajaan Blambangan sudah menjadikan Gunung Raung sebagai pusat pemujaan. Salah satu indikasinya, ditemukan sejumlah peninggalan tempat persembahyangan umat Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad ke-17 hingga abad ke-18. Di antaranya ada di Kecamatan Songgon dan Sempu, Banyuwangi.

Petilasan di Desa Jambewangi, Kecamatan Banyuwangi, misalnya, hingga kini masih ada dan dirawat oleh warga setempat. Petilasan itu berbentuk tumpukan batu dan berlingga menghadap ke Gunung Raung. Petilasan tersebut kini masih digunakan oleh warga Hindu untuk bersembahyang.


14 Tanggapan to “AKANKAH TERJADI MUSIBAH SITU GINTUNG DI GUNUNG RAUNG*”

  1. SUNGGUH YANG AKU DAPATKAN BUKANLAH HANYA SETETES EMBUN,TETAPI HUAJNEMBUN YG YANG SANGAT MENYEJUKAN SEMUA HATI, JIWA SEHINGA MEMBUKA CAKRAWALA YANG BEGITU LUAS. AKU YANG MERASA SEBAGAI PUTRA DAERAH YANG DENGAN LANTANG MENGATAKAN SANGAT MENCINTAI NEGERI KU, TERNYATA AKU MASIH JAUH DARI APA YANG AKU KATAKAN, AKU BARU TAHU SECUIL TENTANG NEGERI YANG AKU CINTAI, DAN ITU PUN SUDAH SANGAT MEMBUAT AKU CINTA AKAN NEGERIKU. SEKARANG AKU BARU TAHU TERNYATA NEGERI KU MENYIMPAN JAUH LEBIH BANYAK DARI APA YANG ADA DIBENAK KU, INSYAALLAH INI AKAN SEMAKIN MENAMBAH KECINTAAN KU PADA NEGERI. BERJUANG TERUS… SEBAGAI WUJUD SYUKUR DAN IBADAH KITA PADA SANG KHOLIQ.

  2. Mas Sumono

    Sudah mulai tergali bakat terpendamnya.
    Terus digali dan saya ikut terbawa gaya cerita yang asyik.

    Sukses mas.

  3. Kali Lo Banjir Rusak Jalur KA ke Banyuwangi
    Senin, 11 Oktober 2010 |
    Sebanyak 220 rumah di Kelurahan Tukang Kayu dan Tukang Kayu Utara, Kecamatan Kota, Banyuwangi, Minggu (10/10) malam, terendam air setinggi 1,5 meter. penyangga jembatan kereta api (KA) di Desa Boyolangu AMBROL Akibatnya Mutiara Timur jurusan Banyuwan…gi-Surabaya batal. Kep Stasiun Karangasem, Banyuwangi, Sofyan, Senin (11/10) mengatakan, PT KA hentikan seluruh perjalanan KA di Stasiun Karangasem, kereta tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Stasiun Banyuwangi Baru.

    Hingga Senin (11/10) pagi, belum diketahui adanya korban jiwa, namun ratusan warga rumahnya terendam luapan sungai masih mengungsi . Pantauan di lapangan, sekitar pukul 18.00 tadi malam, air Sungai Kali Lo terus meninggi dan masih khawatir akan datanganya banjir susulan, Banjir itu adalah yang terbesar. Selain dipicu tingginya curah hujan, , meluapnya air Kali Lo itu juga diduga karena adanyaPENGGUNDULAN HUTAN di lereng Kawah Ijen.

  4. ya..mari kita smua berbenah diri.menjaga dan merawat karunia pemberian Tuhan ini,jangan sampai ia murka dan menimbulkan malapetaka yg meluluh lantakkan kota banyuwangi

  5. Tulisannya bagus, dan dgn begini saya bisa tau tentang bwi, malu rasanya sebagai putra daerah tetapi awam akan keindahan dan kekayaan hayati kota banyuwangi, tapi klo boleh tau, gunung raung itu ўa̐п̥̥̲̣̣̣̥ƍ disebelah mana ya? Apa di kalibaru perbatasan jember itu?

  6. Terima kasih. Betul. Dan saya tambahkan dalam tulisan photo G.Raung , hasil photo Smithsonian Institute USA.

  7. kerusakannya tambah parah om

  8. Subhannalloh…..
    Mksh info yg sangat bermanfaat….
    Sangat bahagia bs baca tulisan anda pak……
    Q tinggal di bwh gunung raung……
    Tapi q tdk tau Raungq sprt apa….
    Maafkan q…..

    • Raung sangat mempesona…….Gunung Raung dan Gunung Ijen, telah membuat pelaut Inggris terkenal didunia Francis Drake dan James cook ,akhirnya singgah di Blambangan………Ingat di negeri Belanda tidak ada gunung.

  9. Terima kasih infonya pak.. saya sedih dan terharu membaca cerita bapak… saya pndaki gunung pada tgl 15 05 2015 saya mendaki k gunung raung. ..saya bangga sekali dengan penduduknya yg ramah..tapi saya melihat banyak sekali penebangan d kaki gunung raung d jalur kalibaru mulai pos 1 rumah pak sunarya sampai pos2 banyak banget penebangan pohon disana lebih parah lagi dari jalur situbondo sekitar 4 hingga 6 jam berjalan yg saya lihat hanya penebangan pohon dan sampah disana.. sungguh mengharukan… saya sendiri berniat membuat komunitas pecinta alam dan membuat acara save mountain tapi masih terbelanggu masalah dana dan kurangnya waktu…tapi saya akan berusaha keras untuk selalu menjaga alam..
    saya aries dari komunitas pecinta alam suka rela (KOMPASKALA) MALANG no hp saya 081216312517 terimakasih pak

    • Wah sangat membanggakan….selamat dan sukses…..Sekedar masukkan…..mengapa pala dan cengkeh menghilang dari Jawa….padahal ada candi yang menyebut keberadaan pohon itu( secara science dapatdibuktikan karena pohon itu tumbuh didaerah vulcanic di khatulistiwa. ) dan berubah menjadi perkebunan. Dan daerah pesisir selatan banyak dijadikan Taman Nasional oleh Belanda sebagai daerah resapan….padahal sungai mengalir dari gununung di daerah yang menjadi perkebunan……dan ternyata didaerah yang dijadikan Taman Nasional ternyata memiliki kandungan SDA sangat besar ????!

Tinggalkan Balasan ke rony Batalkan balasan