KUTUNGGU CINTAMU DI PANTAI BANYUWANGI
(DARI CATATAN HARIAN SMA)
ADUHAI PANTAIKU DI FAJAR PAGI
KETIKA MASIH BERSELIMUT EMBUN
PASIRMU GEMERLAP LAKSANA BERLIAN
TERTIMPA SINAR MERAH KEEMASAN
MATAHARI PAGI BULAT SEMPURNA
MUNCUL DARI UJUNG TIMUR SANA ,
DARI BALIK GUNUNG PULAU DEWATA
TERTIMPA SINAR MERAH KEEMASAN MEMBELAH AWAN
MENEBAR GAIRAH CINTA PADA REMAJA
SEDANG DIUTARA BUKIT KAPUR ITU
METAFOR DIRINYA MENJADI BIRU
MENGEMBANGKAN BAYANGANNYA PADA LAUTNYA
COBA PANDANG KE SELATAN
LAUTAN HINDIA TAK TERTAKLUKAN
MENGEMBANGKAN ANGAN SEJUTA HARAPAN
DAN SEBELAH BARAT
GUNUNGKU BIRU, HUTANKU BIRU,
JIKA SAJA SEDIKIT AWAN MENUTUP BIRUMU
AKUPUN BERTANYA BERITA YANG
KAU SAMPAIKAN DARI CINTAKU
AKU AKAN MENUNGGU, AKU AKAN MENUNGGU
(ditulis pada masa SMA tahu 1964…..)
isun yo lare oseng,,,laer nong tanah blambangan,panganane rujak soto,byeeh swegerr,tapi saiki isun urip ono nang bumi “borneo” kalimantan tengah,golet sandang pangan,duh bapak,duh emak,isun kangeen kepengen ketemu riko,,,
echa viddy said this on 30 Juli 2009 pada 7:40 pm |
Kesuwun dik gelem mampir nang Padangulan. Isun tahu nang Pulang Pisau 25 tahun yang lalu. Salam kanggo lare lare Banyuwangi ning kono ya dik. Mugo Mugo isun ketemu riko .Amiin
sumono said this on 31 Juli 2009 pada 12:21 pm |
SrOcZj caaeguabjlhx, [url=http://xzuswtgidolb.com/]xzuswtgidolb[/url], [link=http://zzgkudkpdzyn.com/]zzgkudkpdzyn[/link], http://vlyswmoharrs.com/
ejeuvw said this on 4 September 2009 pada 1:26 pm |
Pantaskah saya mengaku lare osing ……?
Saya seorang pendarungan jogja dan blitar, saya juga bukan penutur bahasa osing, pun warga dikampung saya semuanya adalah penutur bahasa jawa semarangan/metaraman.
Saya lahir dan sekolah hingga tamat SMA di muncar, setelah tamat sekolah hijrah dan berkeluarga di jakarta, dan tidak tiap tahun pulang ke banyuwangi.
tapi dalam kecintaan dan kebanggaan pada kampung halaman jangankan saya, istri dan anak sayapun begitu terpesona dan membanggakan segala hal tentang banyuwangi baik tradisi, seni maupun makanannya.
Eddy "mBrasan" said this on 20 Oktober 2010 pada 8:54 am |
Dik , sejak dislocating system ( pembunuhan massal ) oleh Belanda dari tahun 1771 sd 1811 . Menurut Raflles penduduk blambangan dibunuh 90%. Dan untuk pembangunan Banyuwangi Rafless, mendatangkan penduduk , dari Hadramaut(Yaman) ,India, Maladiva, China, makassar, palembang, jawa tengah, dan bagian lain , sudah sangat sulit menentukan keaslian orang Banyuwangi. Jadi siapapun kita yang di Banyuwangi pasti mencintai Banyuwangi
sumono said this on 20 Oktober 2010 pada 10:29 am |
hai…banyawangi
Toni Cell said this on 30 September 2011 pada 6:55 pm |