MAJAPAHIT kEDATON wETAN NEGERI DENGAN bANYAK JULUKAN

 

MAJAPAHIT KEDATON WETAN

Negeri ini adalah negeri yang sangat jelas kaitannya dengan sejarah masa jauh kerajaan di Jawa. Dan merupakan salah satu sendi dari ambisi besar raja Wisnu Wardhana dalam mewujudkan doktrinnya  CAKRAWALA MANGGALA JAWA atau kesatuan Jawadwipa.  Raja Wisnu Wardhana (abad ke XIII) mengangkat delapan Narariya  atau raja bawahan[1] , dan salah satunya adalah Narariya KIRANA di Lamajang. Doktrin ini ternyata memberi arti yang sangat besar semangat Singosari. Putranya  Kertannegara , malah mendeklarasikan doktrin Pamalayu yaitu  tekad Singosari untuk tidak saja menguasai pulau jawa, tetapi malah ,meluas sampai tanah Melayu.Doktrine ini yang oleh DR. Moch Yamin sebagai cikal bakal  dokyrine Nusantara atau  Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perang Dahsyat yang dikecilkan

Setelah mampu menaklukan Pamalayu , ternyata Kertaregara juga harus  menghadang armada Ku Bilai Khan.  Ku Bilai Khan  mengirim utusan ke Singasari,Meng Chi, dan tiba di Singasari 1289, dan membawa pesan kasar yaitu menuntut agar Singasari tunduk pada Ku bilai Khan . Tindakan  yang kurang ajar  , membuat Kertanegara marah besar, sehingga dipotong telinganya dan di tato wajahnya.  Maka perang besar melawan KU BILAI KHan pun digelar. Pasukan Singosari dikerahkan menghadang Ku Bilai Khan di Pamalayu . Sementara Ku Bilai Khan mengerahkan tentaranya untuk menyerbu Singasari , sebanyak 20ribu tentara , dengan perbekalan untuk satu tahun , dan 1000 kg perak untuk membeli perbekalan baru. Pasukan ini dipimpin oleh Shi Pi , veteran perang yang menaklukan dinasty Song , yang sangat sadis , karena membuat Beijing bau anyir mayat manusia selama satu tahun , membawahi pasukan darat yang dipimpin Ikh Musu, dan Pimpinan laut seorang Uighur ( muslim ?). Pasukan ini sengaja menghindar dari sergapan tentara gabungan Singosari Pamalayu, dan langsung menuju  Singosari . Tentu saja serangan ini sungguh tak terduga , sehingga mampu dalam waktu singkat menaklukan Singasari serta membumi hanguskan Singasari .   ( Ku Bilai Khan . John Man 316)                                        Kekuatan Singasari yang dipimpin R.Wijaya dan Arya Wiraraja , adipati Singosari untuk wilayah timur yang berkedudukan di Sungeneb  berusaha merebut kembali Singosari dari  tentara Tartar/ Mongol.Arya Wiraraja telah mengabdi pada ayah Kertanegara sejak masa anak anak ,dan karena itu memiliki hubungan yang erat dengan putri putri Kertanegara yang menikah dengan  R.Wijaya. Hubungan antara Arya Wirraja dengan R.Wijaya juga sangat baik , dan sudah dianggap sebagai orang tua sendiri oleh R.Wijaya ( Senopati Pamungkas Arswendo Atmowilopo ). Melihat kekuatan yang dikerahkan oleh Ku Bilai Khan , dan kwalitas para pemimpinnya , maka kekuatan tentara Ku Bilai Khan sangat heibat , dan lebih perkasa dari pasukan yang dikirimkan ke Jepang, maka ini sesungguhnya adalah perang yang amat dahsyat. Hanya kesatu paduan , kwalitas pimpinan , dan strategy yang handal mampu menaklukan tentara ini. Tetapi Belanda tidak ingin perang ini menjadi inspirasi rakyat , maka melalui anteknya dibuat babat dan serat yang memutar balikkan fakta ini.

Seperti tercantum dalam Prasasti  Gunung Butak,  (1294), menyebutkan adanya perjanjian antara Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit dengan Arya Wiraraja yang telah banyak membantu dalam perintisan dan pembentukan kerajaan Majapahit bahwa “pulau Jawa akan dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing mendapat sebagian.” Dalam perjanjian itu Arya Wiraraja diberi kekuasaan sebagai  atas wilayah Lumajang Utara, Lumajang Selatan, dan Tigang Juru . Arya Wiraraja kemudian diangkat secara resmi sebagai adipati Nararya[2] .. Kedua bagian Majapahit memiliki keunggulan yang saling melengkapi, dan maju mundurnya Majapahit juga  ditentukan oleh hubungan  dua bagian ini. Ketika kedua sanak kadang ini bersatu maka Majapahit mencapai kejayaan , dan ketika terbelah maka suramlah Majapahit. Hubungan ini dikukuhkan oleh Prabu Rajasanagara ( Dyah Hayamwuruk) dengan mempersunting putri Lamajang sebagai Rabihaji ( selir yang memiliki kedudukan amat tinggi , setingkat Permaisuri ). Kemudian Prabu Rajasanagara , menyerhkan Lamajang Tigang juru pada putra dari Rabihaji , yaitu Bhree Wirabhumi, dan menyerahkan bagian barat pada putri dari Permaisuri , Kusumawardhani . sejak itulah muncul sebutan Kedaton Kulon , dan Kedaton Wetan (Hasan Djafar , Masa Akhir Majapahit)  Sejarahwan telah banyak mencatat tentang Majapahit Kedaton Kulon, tetapi sedikit sekali yang menulis tentang Majapahit Kedaton Wetan. Syukurlah karena pada akhir akhir ini  perhatian pada Majapahit Kedaton Wetan  mulai ada.

Sebagai bagian dari Majapahit  Raya maka Majapahit Kedaton Wetan  jarang mendapat perhatian dari para sejarahwan dalam negeri , tetapi cukup dikenal oleh para  pedagang dari dinasty Ming, Portugal dan Inggris.  Sementara Belanda mencoba menggelapkan keberadaan kerajaan ini . Tetapi seperti dikatakan Leo Nardo da Vinci, fakta sejarah tidak pernah bisa diabaikan . Dia akan muncul menynjukan existensinya.  Maka Majapahit Kedaton Wetan, yang sangat kaya dan memiliki banyak keistimewaan dan telah berperanan besar achir ini telah menjadi perhatian para sejarahwan.  Begitu hebatnya Kerajaan ini  karena memiliki banyak keistimewaan maka pantaslah  negeri ini mempunyai banyak julukan

.Inilah julukan julukan itu.

1.Balumbung……Negeri Yang makmur.

Majapahit Kedaton Wetan  ternyata tumbuh menjadi negeri yang subur dan makmur, dan menjadi lumbung pangan Majapahit. Tampilnya Majapahit Kedaton Wetan   sebagai lumbung pangan membuat  Mpu Prapanca dalam Kakawin Nagarakretagama , menyebut negeri ini sebagai Balumbun.

Pira teki lawas nira patukanan…..Para mantri ri Bali ri Madura ri Balumbun andalan ika karuhun …..sayawaksiti wetanumark apuphul……[2]

Selama beliau (Prabu Hayamwuruk) hadir di Patukangan…..para menteri dari Bali dari Madura dari Balumbun merupakan andalan Baginda….Dimana seluruh daerah timur berkumpul)

Kata  Balumbun dalam tulisan itu  merujuk pada kata Palumbungan yang mengandung arti ‘tempat lumbung’ atau gudang Logistik Majapahit, karena itu kemudian kerajaan ini   menjadi lebih dikenal dengan  Blambangan.[3]

Bedoyo Wulandaru , menceritakan penyambutan Kedatangan Praba Rajasanagara ( Hayamwuruk )

2.NEGERI Arya.

Negeri ini dicatat sebagai kerajaan Hindu  yang kuat karena  gunung yang disucikan oleh penganut Hindu terletak  di kawasan ini yaitu G. Semeru,seperti dikemukakan Prof DR Drs I.Ketut Riana S.U dalam larasan Negara Kertagama :

Kemuliaan Beliau ( Prabu Hayamwuruk) disejajarkan dengan Sang Hyang Adhi Guru , diyakini bersemayam di puncak gunung Semeru , yang dianggap dewanya semua dewa serta amat gaib dialam ini ,bahkan menguasai alam jagat raya. (31).[4]

Keberadaan Gunung yang disucikan itu didaerah ini juga menunjukan adanya ras yang dihormati oleh orang Hindu ditempat ini . Oleh karena itu, ketika prabu Hayamwuruk mendapat putra tunggal dari selirnya di Blambangan, maka putra tunggalnya ini didudukan sebagai adipati Blambangan yang dikenal dalam sejarah sebagai Bhree Wirabhumi/Menakjinggo.Dengan demikian ,sejak masa Bhree Wirabhumi maka yang memerintah Blambangan adalah wangsa Sanggramawijaya ( keturunan dari R.Wijaya), yaitu wangsa yang berasal dari keturunan Ken Dedes dan Ken Arok ( wangsa Isyana Singosari ) , dan  wangsa Isyana Kediri yaitu dari  putri mahkota Ailangga  yaitu Dwi Kili Suci atau Sanggramawijaya dan apabila dilacak jauh ke abad ke tujuh , maka inilah darah Arya yang mendirikan candi Prambanan, seperti terebut dalam kutipan dibawah ini.

  •  ……Jenggala dan Kahuripan Singosari sebagai tlatah  Prabu Dandang Gendis ,yang konon anak sulung dari prabu Gathayu dari Prambanan ( Jawa tengah) [5]
  •  Tentang orang orang asing di Java bhumi( pada abad ke tujuh pada masa Sanjaya membangun Prambanan) , periksa prasasti Kaladi (909) selain orang Kling Drawida , dari India terdapat juga  ARYA atau wangsa yang berasal dari India bagian Utara.[6]

Maka wajarlah Hayamwuruk raja Agung Majapahit, sebagai seorang Arya ,   diagungkan  sebagai Syiwa di bumi, sangat menjaga darah Aryanya , oleh karena itu Bhree Wirabhumi putra laki satu satunya  disandingkan  dengan  putri yang cantik jelita yaitu Sang Sri Nagara Wardhani yaitu putri Bhree Lasem ( adik kandung Prabu Hayamwuruk) yang bersuamikan seorang Adipati Manahun, bangsawan  yang  tampan ,pemberani, ahli dalam politik.

Mpu Prapanca dalam Nagara Krtagama mengungkapkan.

  • Bait 14.Tentang  mertua Bhree Wirabhumi

Ipar Baginda Raja semua telah bertahta menjadi raja,

Raja Matahun suami Rani Lasem ( adik Prabu Hayamwuruk) seorang pemberani

Baginda Sri Rajasa Wardhana terkenal tampan, mahir dalam politik

Bagaikan Smara Pinggala , pernikahan Baginda terpuji dalam negeri

  • Bait 16. Tentang Bhree Wirabhumi dan permaisurinya.

Adapun putra Baginda Raja yang bertahta di Wira Bhumi

Sang Sri Nagara Wardhani (putri Bhre Lasem , permaisuri Bhree Wirabhumi)) seorang maharani molek tak bertara .

(untuk lebih jelasnya lihat Geneologi KERTHA RAJASA, hal 73)

Sebagai Arya juga terbukti pada teguhnya keyakinan pada agama Hindu. Ketika Blambangan mencapai puncak kejayaan dibawah prabu Tawangalun abad ke 18 . Pada saat beliau wafat  dan diperabukan maka  sebanyak 270 istrinya dari jumlah 400 orang mengikuti upacara Sati. Sehingga menurut DR Sri Margana  merupakan Sati   terbesar  sepanjang sejarah kerajaan Hindu di Indonesia

Untuk menjaga kesinambungan keyakinan ini, maka tidak heran para leluhur wong Blambangan mewariskan legenda Sri Tanjung dan Pangeran Sidopekso , dan adat istiadat upacara Kebo Kebo an.

Oleh karena itu legenda tersebut seharusnya difahami tidak hanya cerita tentang terjadinya kota Banyuwangi, tetapi  sebagai pesan leluhur Blambangan bahwa wong Blambangan memiliki hubungan darah dengan kerajaan Hindu  Singosari, karena legenda Sri Tanjung tersebut terukir pada dinding bagian tenggara Candi Surosowo  di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

Disamping itu   adat Kebo kebo an yang  sebelum tahun 50an berlaku luas di daerah segi tiga emas ( Golden Triangle ibukota terakhir Blambangan, Bayu, Macan Putih, Kota Lateng)  dan dijumpai  patung kebo dibeberapa daerah ( Watukebo, ) menjadi bukti bahwa masyarakat Blambangan di Banyuwangi sangat menghormati lambang kebesaran kerajaan BLAMBANGAN yang selalu muncul dalam arakarakan persembahan pada Istana Majapahit  seperti tersebut pada Negara Krtagama

Tanda tanda kebesaran ;bait 71.

Baginda Raja Matahun mempersembahkan arca lembu putih seperti Nandini

Lembu itu mengeluarkan uang dan makanan dari mulutnya tak putus putus sangat mengagumkan. 

Fakta bahwa ,  negeri ini   menjadi tempat  gunung yang disucikan oleh ummat Hindu  ( Gunung Semeru) , keteguhan dalam memelihara wangsa  Sanggramawijaya,  penghormatan kepada kebo/sapi , dan loyalitas mutlak pada satu pimpinan( Lihat uraian Nagari Tawon Madu),serta  keteguhan memelihara adat istiadat  inilah yang meyakinkan penulis bahwa  wong  Blambangan memiliki hubungan dengan para pendiri Prambanan yaitu wangsa  Sanjaya  atau  arya.

3.Bala  bang …..Negeri Para Pemberani

Dalam pupuh 28, bait 1, Balumbun juga disebutkan sebagai andalan Baginda, setara dengan Bali dan Madura.

Sebagai negeri andalan  , Majapahit Kedaton Wetan  selain dikenal sebagai lumbung pangan juga dikenal sebagai negeri para pemberani. Keberanian prajurit Majapahit Kedaton Wetan terbukti sejak masa berdirinya Majapahit ,baik pada saat merebut Singhasari dari Jayakatwang  maupun  pada saat menghancurkan pasukan KUBILAI KHAN sampai saat terakhir yaitu perang PUPUTAN Bayu sehingga menjadikan Blambangan kerajaan terakhir di Jawa yang ditaklukan oleh Kompeni,1774.

Jiwa Prawira wong Blambangan/ sifat Keberanian orang Blambangan tersebar luas dalam catatan para sejarahwan.

  • Thomas  Stanford Raffles mengutip pernyataan Sultan Agung bahwa , masih ada dua kerajaan yang paling berbahaya belum terkalahkan yaitu Sumedang dan Blambangan.Pernyataan Sultan Agung mengisyaratkan bahwa usaha menaklukan Blambangan yang dilakukan pada tahun 1625 M, belum berhasil, meskipun Sultan Agung mengerahkan 30.000 prajurit untuk menggempur Blambangan.[7]
  •  Cortesao, seperti yang dikutip oleh Herusantosa (1987:13), dengan merujuk pada peernyataan pedagang Portugis  Tome Pires, menyebut “rakyat Blambangan sebagai rakyat yang mempunyai sifat “warlike”, suka berperang dan selalu siap tempur, selalu ingin dan berusaha membebaskan wilayahnya dari kekuasaan pihak lain”.[8]
  • Scholte (1927:146) menyatakan: “Sejarah Blambangan sangat menyedihkan. Suku bangsa Blambangan terus berkurang karena terbunuh oleh kekuatan-kekuatan yang berturut-turut melanda daerah tersebut, seperti kekuatan Mataram, Bali, Bugis dan Makassar, para perampok Cina, dan akhirnya VOC. Tetapi semangat rakyat Blambangan tidak pernah sama sekali padam, dan keturunannya yang ada sekarang merupakan suku bangsa yang gagah fisiknya dan kepribadian serta berkembang dengan pesat, berpegang teguh pada adat-istiadat, tetapi juga mudah menerima peradaban baru”.
  • Prajurit Blambangan kemudian dipercaya tangguh dan sakti sehingga tidak terkalahkan. Bahkan, menurut sejarawan DR Sri Margana, mitos yang berkembang di Mataram saat itu (abad ke 15 sampai abad ke 19) : prajurit Blambangan kebal terhadap senjata, sehingga dijadikan ajang uji coba senjata-senjata baru yang dibuat Mataram, baik keris maupun tombak. Jika mampu membunuh orang Blambangan,maka  senjata itu dianggap sakti dan layak dipakai perang oleh Mataram. Menurut sejarawan dari Universitas Gadjah Mada ini, fakta yang diperoleh dari hasil penelitiannya adalah prajurit Blambangan tangguh karena lebih menguasai medan peperangan. Mereka berperang secara gerilya: menyerang mendadak kemudian bersembunyi, serta membuat perangkap dan jebakan di jalan-jalan dan di atas pohon. “Musuh sering diarahkan ke suatu tempat di mana perangkap-perangkap telah disiapkan,” ujarnya. [9]
  • Prabu Tawangalun , raja Kerajaan Blambangan , juga menetapkan persyaratan kepemimpinan yang sangat ketat dalam memilih pimpinan  Blambangan . Syarat syarat  yang ditetapkan oleh Prabu Tawangalun adalah.KALOKA (Memiliki Visi), PRAWIRA . WIBAWA. BAHASA( menguasai bahasa perdagangan).[10]
  • Perang Wong Agung Wilis, yang kemudian dilanjutkan  Pangeran Jagapati dalam perang yang sangat terkenal itu( 1767 sampai dengan 1774), dan diakhiri dengan bunuh diri massal ( PUPUTAN BAYU).
  • DR.Sri Margana dalam tulisannya  Melukis Tiga Roh.Stigmasi dan Kebangkitan Historiografi Lokal di Banyuwangi. Konferensi Nasional Sejarah  IX. Hotel Bidakara Jakarta 5sd7 Juli 2011. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata,mengungkapkan bahwa Tan Boen Swie dalam tulisan berjudul Digdaya, di majalah Penghidoepan bahwa Tiyang Pinggir yang dikenal sangat digdaya yang berada di Surakarta dan Yogyakarta  adalah prajurit Blambangan yang ditawan oleh keraton Surakarta dalam penyerbuannya ke Blambangan. Mengingat orang orang ini sangat Digdaya ( sakti), dan pandai berperang dalam perkembangan lebih lanjut , dibentuklah Prajurit Blambangan di keraton Surakarta.Pada tahun 1755, ketika perjanjian Giyanti ditanda tangani , maka Prajurit Blambangan di bagi dua. Sebagian untuk Keraton Srakarta , sebagian Keraton Yogjakarta.Pasukan ini dibubarkan pada zaman Pakubuwono ke III. Tetapi dihidupkan kembali pada Pakubuwono ke 4. (1788 sd 1820). Dibawah wewenang Mangkubumi II, dan diberi tanah pardikan 100 bau.Setelah itu Prajurit Blambangan ditransformasi menjadi Prajurit Surasentana dan Jaya Sentana..

4.BARANGBRANGAN ….Negeri Penyeberangan

Data teksual dalam babad Buleleng menyebut negeri ini sebagai negeri   “Barangbrangan” (=tempat penyeberangan) [11]

Majapahit Kedaton Wetan  patut disebut negeri penyeberangan , karena tidak hanya tempat menyeberang dari jawa  ke Bali, tetapi karena pada abad ke 14 telah memiliki  pelabuhan Panarukan  yang dikenal luas oleh pelaut dan pedagang Nusantara, China, Portugal   dan pada abad ke 17 memiliki pelabuhan Ulupampang yang dikenal luas  oleh pelaut dan pedagang Nusantara, China, Belanda dan Inggris ( The Great Britain ).

Drs I Wayan Sudjana dalam Negeri Tawon Madu mengungkap  tentang kedua pelabuhan kerajaan Blambangan  yaitu Panarukan dan Ulupampang      Tentang Panarukan.                                                                                                                               

Jonno de Barros, Decada IV,buku I,bab 7 (Portugies),menulis bahwa pada bulan Juli 1528, Don Garcia Henriquez, tampaknya berlabuh di pelabuhan Peneruca /Panarukan untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan perjalanan ke Malaka. Dan nampaknya raja Panarukan mengirim dutanya pada Gubernur Portugies di Malaka.Tentang Peneruca dikemukakan bahwa sejak tahun 1526 telah dikunjungi 20 buah kapal Portugis untuk membeli perbekalan.Kerajaan Blambangan dianggap netral karena merupakan kerajaan Hindu, sedang kerajaan di Jawa adalah kerajaaan Islam , dan Portugis sedang berperang dengan kerajaan Islam ( Negeri Tawon Madu .22)

Tentang Ulupampang.                                                                                                            

 Disamping daerah yang sangat luas kerajaan Blambangan juga memiliki pelabuhan Ulupampang /Muncar yang sangat ramai. Export Blambangan meliputi sarang burung, beras, dan hasil hutan. Sejak tahun 1600 Pelabuhan Ulupampang setiap tahun mengexport sarang burung seharga  empat ribu found sterling, 1 ton bahan lilin, dan 600 ton beras, dan hasil hutan lainnya. Ulupampang  dipenuhi perahu besar milik kerajaan, perahu besar bangsa China, dan Bugis.  Selain perahu tersebut, pelabuhan Ulupampang , setiap setengah tahun disinggahi kapal Inggris yang berlayar ke Australia untuk membeli perbekalan . Tercatat yang mengunjungi Ulupampang adalah Francis Drake , dengan membawa kapal The Paca  berbobot 70 ton, dan The Swan berbobot 50 ton.Juga Thomas Candish telah tinggal selama dua minggu di Ulupampang , dengan membawa kapal “Pretty” dan” Wilhems (24.61)

5.Negeri Tawon Madu.

Drs, I Made Sudjana M.A  menyebut Belambangan  sebagai nagari Tawon Madu karena ibukota Belambangan  menjadi simbol  kekuasaan yang menentukan pasang surutnya  eksistensi  Belambangan.Kerajaan Belambangan dapat bertahan selama lebih kurang  500 tahun  karena ditunjang oleh satu faktor utama , yakni keberhasilan para pewaris tahta Belambangan  dalam mempertahankan negeri seperti konsep tawon Madu, dimana semua, lapisan masyarakat , tentara, tunduk pada ratu Tawon. Hanya ada satu penguasa tunggal dalam satu kerajaan( PATRONS CLIENT).Tidak seperti pada Kerajaan lain yang apabila terjadi conflict ,kemudian terbelah, menjadi kerajaan kerajaan  yang lebih kecil, kemudian para penguasa saling berebut untuk menaklukan bagian kerajaan lainnya,pada kerajaan Blambangan hal itu tidak terjadi.Pihak yang menang akan meninggalkan ibukota lama dan membangun ibukota baru. Oleh karena itu Nagari (Ibukota ) kerajaan Blambangan telah pindah enam kali ,yaitu Lumajang, Panarukan, Kedawung, Bayu ,Macan Putih, dan Kota Lateng   (Negeri Tawon Madu  penerbit  Sulanjari –  Larasan Sejarah 2001).

Apa yang dikemukakan oleh Drs I Made Sudjana M.A , memperkuat dugaan bahwa ada kaitan Blambangan dengan wangsa Sanjaya , di abad ke  7.

Inilah bentuk kerajaan Hindu sejak zaman Sanjaya pada abad ke tujuh ….karena raja  dianggap sebagai penjelmaan dewa dan kepadanyalah kesejahteraan negara dan rakyatnya tergantung sepanjang massa. Kepercayaan macam ini tidak berubah ketika agama  Budha  makin besar pengaruhnya , apalagi ketika para raja yang memeluk hindu  Hindu kembali berkuasa.( Nagabhumi , Seno Gumira Ajidarma, Gramedia. 2009.117)

 

6.Lambang……Negeri Banyak Lambang

Konon kata Belambangan berasal dari kata  Lambang. Belambangan berarti mempunyai banyak lambang atau tempat lambang (Prof DR. Ayu Santosa . Kamus Budaya dan Religi Using.36) . Hanya  sayang Prof DR Ayu Santosa , tidak menjelaskan lebih jauh.

7.Negeri Menak

Seperti dikemukakan diatas ,bahwa Blambangan adalah kerajaan Hindu, dan raja dari negeri ini , memiliki keyakinan Hindu yang amat kuat.Tetapi anehnya raja  di Blambangan juga  mendapat gelaran Menak.  Bhree Wirabhumi mendapat gelaran Menak Jinggo. Putra Bhree Wirabhumi , Bhree Pakembangan mendapat gelar Menak Dadali Putih atau Menak Sembuyu, Prabu Tawangalun mendapat gelaran Menak Kedawung. Padahal gelar Menak dalam Serat Menak ( Betal Jemur, Menak Jambimambar) , adalah gelaran yang diberikan pujangga Islam Jawa pada raja raja Islam (contoh  Menak jayengrono). Dalam pelacakan penulis ternyata Gelar Menak tersebut didapat karena penghormatan para Sunan ( Wali sanga ) terhadap leluhur Sunan Giri.

  • Pemberian gelar ini dalam Babad Wali Sanga ternyata tidak terlepas dari pengaruh Sunan Giri. Beliau adalah buyut Bhree Wirabhumi. Ini dapat diartikan bahwa meskipun Blambangan kerajaan Hindu  raja rajanya sangat dihormati oleh para wali . Gelar Menakjinggo berati Raja Agung. Karena warna merah pada masa itu adalah warna kebesaran. Bendera Majapahit berwarna Merah Putih. Tetapi kemudian Kompeni dan anteknya merubah  gelar Menak Jinggo  menjadi bangsawan yang culas.                                                                                                                                Sejarawan UGM Yogyakarta Dr. Sri Margana dalam wawancaranya di Majalah Tempo (edisi 13 September 2010) mengemukakan, bahwa cerita tentang Damarwulan vs Menakjingga ini merupakan Sinisme dan delegimitasi terhadap Raja BlambanganCerita Damarwulan vs Menakjingga ini ditulis dalam Serat Kanda atau Serat Damarwulan oleh sastrawan dari keraton Surakarta dan dipentaskan dalam bentuk Langendrian oleh Mangkunegara IV (1853 sd 1881). Cerita ini Kemudian dipopulerkan di penguasa Banyuwangi yang diangkat oleh Belanda.(antek Belanda) . Delegemitasi dan Sinisme dibangun untuk mematahkan semangat wong Blambangan yang pemberani. Hal serupa juga dilakukan pada ummat Islamdi Jawa Timur yaitu munculnya buku Serat Darmagandul yang terbit tahun 1830 dari penulis ( Kalamwadi, nama samaran, nama ini berarti kemaluan laki laki ). Delegemitasi dan Sinisme, serta adu domba ini diperlukan oleh Belanda , karena adanya  pengaruh perang besar yang timbul di Jawa yaitu perang Diponegoro 1825 sampai dengan 1830, dapat menyulut kebangkitan rakyat Jawa Timur maupun Blambangan melawan Belanda. Jika ini terjadi dapat dipastikan Belanda sudah keluar dari Indonesia pada perang Diponegoro.

(Dan ternyata cerita Damarwulan Menakjinggo tidak dikenal di luar Banyuwangi  seperti di Bali, maupun pesisir pantai utara Jawa.[12], ini berarti kampanye delegimitasi dan sinisme tersebut tidak berpengaruh pada orang luar Banyuwangi. Dan dalam pengalaman penulis, orang Banyuwangi yang keluar dari Banyuwangi sangat dihormati )

8. Negeri para Wali/Negeri Perdamaian.

Negeri ini menjadi monumental karena dalam sejarah perkembangan Islam negeri ini berkaitan langsung dengan  para wali ( seorang ulama yang mempunyai kedudukan tinggi dalam keyakinan ummat muslim Jawa/Nusantara karena tingginya  ilmu keagamaan dan ilmu tentang peradaban.       Para wali  Syaich Wali LanangMaulana /, adalah  penyebar Islam di Blambangan dan leluhur Sunan Giri  salah satu pemimpin Wali Sanga ,dan  R.Mas Sepuh  salah satu Wali pitu di Bali.

Syaich Wali Lanang Maulana Iskak /Syaich Sidik/putra Syaich Jamaludin Qubro,guru dari para sunan /Walisanga   beliau adalah keturunan Rasulullah yang  mempersunting putri kerajaan Blambangan Sekar Dalu/Sekar Dadu/ Dewi Kasihan   putri Bhre Daha/Bhree Pakembangan/Menak Dadali Petak/Menak Sembuyu .( Babad Blambangan( versi Gancar), Babad Walisanga,, terdapat juga dalam epitaf ( Prasasti pendek pada nisan ) dari batu berangka tahun 1232(1310M) yang terdapat dalam situs Troloyo Mojokerto . ( Seminar Hari jadi Banyuwangi  14).Peranannya adalah mencegah pertempuran antara kerajaan Islam dan kerajaan Blambangan, dan mengantarkan penyebaran Islam dengan damai di kerajaan Blambangan.

        Sunan Giri yang semasa kecil bernama R.Paku/R.Samudara  adalah putra Syaich Wali Lanang dengan putri Blambangan Sekar Dadu. Seorang Wali yang dikenal luas ilmu Agamanya dan Ilmu Kenegaraannya. Peranan dan pengaruhnya sangat luas di Nusantara dan Melayu. DR Purwadi dan Dra Enis Niken  H.M.Hum dalam bukunya  Dakwah Wali Songo mengemukakan sebagai berikut;

  • Pendiri pesantren pertama sebagai model pendidikan Islam
  • Pemimpin Peralihan pada masa Majapapahit  ke Demak, King Maker Sultan di Nusantara,
  • Pemimpin Para Wali  setelah Sunan Ampel mangkat.
  • Paus Nusantara dan Tanah Melayu, karena hanya dengan persetujuannya raja Islam diakui oleh kerajaan Islam lainnya.
  • Pendamai antara Mataram dan Penguasa Jawa Timur, Pendamai antara raja Hindu dan Islam.
  • Pengaruhnya pada perkembangan Islam di Blambangan sangat besar,penghormatan SunanGiri terhadap leluhurnya di Blambangan dan penghormatan raja Blambangan terhadap Sunan Giri, memungkinkan Islam berkembang dengan baik di Blambangan yang beragama Hindu, sebuah simbiose mutualistis yang indah sekali ,dan terpelihara sampai saat ini

R. Mas Sepuh, adalah seorang Wali yang menguasai ilmu agama dan peradaban Hindu , beliau menjadi penyebar agama Islam di Bali ,dan sekaligus menjadi sesepuh orang Hindu. Makamnya si pantai Seseh Bali menjadi tempat kramat bagi orang Islam dan orang Hindu. Makamnya dikenal sebagai Puri Langgar dibelah menjadi dua, satu untuk tempat berdoa orang muslim dan satunya untuk berdoa orabf Hindu.

9. Negeri di Jawa paling akhir dikuasai Belanda.

Para penulis sejarah Indonesia/ Jawa  boleh saja menulis bahwa Indonesia/Jawa  telah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun ( sejak 1662, ) tetapi itu hal  hanya mithos untuk rakyat Majapahit Kedaton Wetan., karena VOC baru dapat menundukan Majapahit Kedaton Wetan pada tahun 1774.

Kerajaan Blambangan yang merupakan lumbung /pusat perbekalan Majapahit dan negeri para pemberani ini baru dapat ditaklukan sepenuhnya pada tahun 1774.

DR. Sri Margana menyatakan bahwa Blambangan yang sangat menentang dominasi asing itu, hanya bisa dikalahkan oleh VOC, setelah  VOC yang melakukan politik ‘devida et impera’ itu berhasil merangkul kerajaan Mataram untuk bersama-sama menaklukkan kerajaanBlambangan.[13]
Dan untuk penaklukan Blambangan VOC harus mengeluarkan dana setara 80 ton.[14]

10. Negeri Cinta Suci dan Abadi

Dijuluki Negeri Cinta Suci dan Abadi karena Negeri ini penuh dengan hikayat tentang  pengorbanan seorang istri atau ibu yang luar biasa karena  cintanya pada suami dan putranya.

  • Dewi Sekar Dalu, lebih memilih tetap memelihara kehamilannya dan melahirkan putranya dari pernikahannya dengan Syech Maulana Ishak, meskipun kalangan istana mengancam membunuhnya. Maulana Ishak diusir dari Kerajaan Blambangan sedang dewi Sekar Dalu tetap tinggal di Kerajaan Blambangan Dan dengan kekuatan seorang ibu,lahirlah seorang putra yang dikenal dengan nama R.Paku yang di kemudian hari  menjadi wali nusantara  yaitu Sunan Giri. Pengorbanan nya telah berbuah pada syiar Islam di Nusantara.
  • Sati terbesar sepanjang sejarah.
  • DR Sri Margana dalam disertasi Java ‘s Last Frontier : The Struggle for Hegemony of Blambangan menulis sebanyak 270 dari 400 istri Prabu Tawangalun   melakukan SATI (upacara berkabung  agama Hindu dimana istri  menerjunkan diri  ke api NGABEN   RAJA TAWANGALUN). Dan dalam sejarah tercatat sebagai SATI terbesar dalam sejarah Indonesia,malah mungkin sejarah kerajaan Hindu.Ikut sertanya para istri prabu Tawangalun dalam upacara Sati menunjukkan betapa heibatnya putri putri negeri ini menjaga kesucian cintanya pada prabu Tawangalun.
  • Legenda Sri Tanjung dan  Sidopekso dan  Dewi Surati dan R.Banterang adalah legenda yang menunjukan betapa putri Blambangan adalah putri yang berhati suci dan berani membuktikan cinta abadinya pada suaminya dengan terjun ke laut Selat Bali, sebagai sumpah bahwa dia tidak pernah berkhianat pada suaminya.Kematiannya yang menimbulkan bau harum di selat Bali itulah menjadi asal usul nama Banyuwangi.

 Itulah julukan yang diberikan para ahli , untuk negeri Majapahit Kedaton Wetan

 



[1] Prasasti Mula Malurung (1225), Anwar Hudiyono Kompas 10 Sept 2011.

[2]  (Lekkerkerker, 1923:220Lekkerkerker, 1923:220)

[2] Prof DR Drs I Ketut Riana S.U  NAGARA KRTAGAMA , karya MPU PRAPANCA yang ditulis pada abad ke 14 , KOMPAS 2009, pupuh 28 bait 1

[3] (Pigeaud via Darusuprapto, 1984:12-13)

[4] Prof DR Drs I Ketut Riana S.U  NAGARA KRTAGAMA , karya MPU PRAPANCA yang ditulis pada abad ke 14 , KOMPAS 2009,

[5] Dr Purwadi M.Hum, dan Enis Niken H.M.Hum. DA’WAH WALISONGO Panji Pustaka Yogyakarta 2007.89).

[6] Seperti  ditulis oleh Rahardjo  , Supraptino . Peradaban Jawa: Dinamika Politik, Agama dan Ekonomi, Jawa kuno ,Jakarta, Komunitas Bambu.2002.300.315.

[7] Thomas Stanford Rafless  Hystori of Java  509

[8] Novi Anoegrajekti / Desantara dalam  Wong Using: Sejarah Perlawanan dan Pewaris Menakjinggo

[9] TEMPO 13 September 2010 LASKAR TANGGUH dari Ujung Timur Jawa Ika Ningtyas , Mahbub Djunaidi

[10]  SUMBER BABAD WILIS WINARSIH Aripin  pupuh 1.17:49. Via I Made Sudjana dalam buku Nagari Tawon Madu 37

[11] Worsley, 1972:124;158).

[12] DR Purwadi , Dra Enis Niken H.M Hum , Dakwah Wali Songo ,Shaida Yogjakart.2007.

[13] Ibrahim Isa Alias Bramijn18 Des 2007,22.28:51WIB   Lokhorstkerk, Pieterstraat 1, Leiden

[14]  Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidi , Laskar Tangguh dari Ujung Timur  Jawa Majalah Tempo edisi 13 -19 September 2010)

 

~ oleh sumono pada 13 Juli 2011.

14 Tanggapan to “MAJAPAHIT kEDATON wETAN NEGERI DENGAN bANYAK JULUKAN”

  1. Bolehkah saya tahu tentang Eyang Mas Moh Saleh kenapa makamnya di Manggisan banyak diziarahi orang , saya masih keturunannya cuma saya merantau ke Jawa Barat sejak 1985.
    Seingat saya saat kecil saya sering tidur dipesarean tapi saat saya kesana kenapa dibangun makamnya ?
    Walau jauh saya tetap cinta Banyuwangi dengar musiknya gandrung atau kendangkempol saya senang

    • Dik…mohon maaf saya belum tahu ,nanti akan saya lacak…..namun saya ingin memberi wawasan , berbahagialah adik yang memiliki leluhur yang diziarahi orang banyak……..Tentang makam yang dibangun…..saya cuma memberi pandangan dari aspek yang umum……didaerah padang pasir tentu sulit membangun makam….karena angin gurun dalam waktu hitungan jam telah menghapus jejak, dan tanah subur sangat sukar….dinegeri yang subur di Yordan dan tanah arab lain , banyak kuburan yang memiliki bangunan……tradisi membangun makam ummat muslim di Indonesia,telah dimulai sejak zaman Wali pertama , Sunan Gersik…..sebagai padanan orang mulia dizaman Hindu dimuliakan dengan Candi…..atau karena beliau berasal dari Samarkand (Asia Tengah) yang banyak ditemui kuburan yang elok elok……

  2. Menarik sekali tulisan2 Bapak Sumono…saya tahu alamat blog ini dari Mas Hasan Sentot yg mantan redaktur SCTV. Isun perkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Ikwan Setiawan, dosen Fakultas Sastra Universitas Jember. Sejak masih jadi dosen muda, tepatnya tahun 2003 saya sudah sering ke Banyuwangi, untuk ikut penelitian dosen-dosen senior. Mulai 2009 saya intens ke Banyuwangi untuk penelitian, sampai sekarang. Fokus saya adalah musik, seni, dan budaya secara umum, termasuk soal pergeserannya. Saya mencintai Banyuwangi sejak SD kelas 3. Sekedar info, saya asli Lamongan. Perkenalan saya dg Banyuwangi, gara2 Bapak saya penggemar berat Kendang Kempul, utamanya yang dilagukan Sumiati dan Alif. Nah, waktu kelas 3 itulah saya belajar nari Padang Ulan dari seorang mahasiswa KKN. Sejak itulah saya cinta pada budaya Banyuwangi. Apalagi setelah kuliah dan jadi dosen di Jember. beberapa kali kami mengundang gandrung, hadrah kuntulan, janger, jaranan buto ke kampus Jember. Perkenankan saya menggunakan artikel2 BApak di blog ini sebagai referensi penunjang penelitian saya. Atas isun haturkan terimakasih.

    • Terima kasih dik Setiawan atas penghargaan yang luar biasa ini…..saya baru belajar menulis sejak pensiun dari Krakatau Steel….sayang memang senang baca buku….jadi mohon maaf kalo tulisannya …tidak dapat dimengerti…..saya masih terus memperbaiki cara penulisan….ooooya saya baru saja dapat sms dari Hansen….dik Setiawan kerso rawuh di Silaturahmi Gesah….ditunggu ya….dan adik saya dosen Unej lho …tapi fak pertanian DR.YOSI ARIFANDI. Ditunggu ya

  3. boleh tau cerita lasem g’ pak?wkt zaman kerajaan majapahit.cz sy asli situ tp kok blm tau sejarah lasem

  4. Assalamualaikum Wr.Wb.
    Saya lahir di Banyuwangi 1962 dan sekarang tinggal di Banyuwangi, Ngopeni bocah SMP Tepi hutan gunung Raung. Maka blog saya namai gunung tersebut. Ayah dan Ibu berasal dari Demak Jawa Tengah, pindah ke Banyuwangi tahun 1943. Saya sering membuka Blog milik Bapak Sumono. Mohon maaf , Baru sekarang saya memberi komentar. Terima kasih, Tulisan Bapak telah memberi wawasan yang lebih luas. Sebelumnya saya hanya kenal referensi Blambangan dari Babat Blambangan, Negeri Tawon Madu, dan Lekerker. Banyuwangi memang patut disyukuri hampir semua aspik kehidupannya ( Kesuburan dan keindahan alam, budaya, sejarah ) seperti yang tergambar dalam lirik lagu umbul-umbul Belambangan. Dan yang paling penting, dengan membaca tulisan Bapak, saya semakin cinta Blambangan, dan menanamkan kecintaan terhadap negeri ini pada peserta didik saya.

  5. mohon ijin copas artikel untuk blog saya…..terimakasih sebelumnya…

  6. subhanalloh tulisan ini cukup membantu kami untuk berinteraksi dengan warga bali….intinya jawa dan bali adalah saudara yang membedakan cuma agama.Islam dan Hindu dari dulu hidup berdampingan semenjak sebelum majapahit berdiri. sebagai keturunan osing yang hidup di bali tulisan ini dapat dipakai sebagai refrensi membangun harmonisasi islam dan hindu di bali.

  7. Asskum numpang copas

Tinggalkan Balasan ke sumono Batalkan balasan